OPINI - Senin 24 Juli 2023, tepat pukul 08.20 WIB. Seluruh rakyat Indonesia dikagetkan dengan pemberitaan tentang Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia yang juga sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto yang hadir memenuhi pemanggilan Kejaksaan Agung berkaitan dengan pemeriksaan sebagai saksi dalam kasus mafia minyak goreng.
Tentunya, kami tidak akan menjelaskan terlalu jauh berkaitan dengan kasus mafia minyak goreng, karena kami tidak memiliki kapasitas terhadap itu.
Sebagai warga negara Indonesia dan juga sebagai kader Partai Golkar, kamipun menilai bahwa kasus yang melibatkan Airlangga Hartarto yang notabenenya sebagai Ketua Umum DPP Golkar, tentunya merupakan tragedi yang memberikan dampak luas terhadap kepentingan Partai Golkar, terkhususnya pada pemilihan umum tahun 2024 yang tersisa berapa bulan.
Beberapa lembaga survey kredibel telah memberikan penilaian secara terukur terhadap posisi Partai Golkar saat ini, sebut saja Lembaga Survey Indonesia (LSI) menempatkan Partai Golkar pada posisi ke empat dibawah PKS, dengan presentase 6, 0 %. Kemudian, dalam dinamika tawar menawar Calon Presiden pada Pemilihan Presiden tahun 2024, tentunya telah terbaca oleh seluruh rakyat Indonesia, bahwa Partai Golkar cenderung kehilangan nilai dalam menempatkan kader terbaiknya pada posisi strategis, baik sebagai Calon Presiden maupun Calon Wakil Presiden. Kondisi yang demikian menurut kami sejatinya menjadi suatu keprihatinan yang patut diapresiasi dalam bentuk evaluatif, baik secara konsolidatif maupun kepemimpinan pada Partai Golkar.
Optimalisasi Konsolidasi
Pada semua kepentingan organisasi, dan untuk memastikan terwujudnya suatu tujuan, maka optimalisasi konsolidasi menjadi suatu keniscayaan yang wajib diikhtiarkan dengan sebaiknya-baiknya. Karena, tidak satupun organisasi yang sukses memastikan terwujudnya suatu tujuan, tanpa melakukan konsolidasi yang optimal pada semua aspek berorganisasi. Artinya kemudian, sebagai Partai yang telah memiliki infrastruktur terbaik pada semua wilayah di Indonesia, Partai Golkar seharusnya akan jauh lebih siap dan jauh lebih bernilai dalam menghadapi semua momentum politik, termasuk menghadapi pemilihan umum tahun 2024.
Kamipun tidak menyalahkan siapapun dalam kondisi keprihatinan Partai Golkar saat ini, kamipun hanya menginginkan Partai Golkar harus senantiasa berada pada garis terdepan sebagai Partai tertua dan Partai terbaik yang selama ini menjadi Partainya para pemilih rasional yang memiliki jiwa nasionalisme terhadap eksistensi bangsa dan negara Indonesia. Bahwa, kondisi keprihatinan Partai Golkar sebagaimana diatas, tentunya harus segera dievaluasi dan segera dipastikan solusi terbaiknya untuk kemudian memastikan optimalisasi konsolidasi yang terukur terhadap kemenangan dan kejayaan Partai Golkar dimasa depan, terkhususnya dalam menghadapi pemilihan umum tahun 2024.
Dengan demikian, sebagai kader Partai Golkar, kamipun berharap kepada para pemimpin Partai Golkar saat ini, untuk senantiasa lebih mengutamakan optimalisasi konsolidasi dalam melihat masa depan Partai Golkar. Apapun kepentingannya secara personal, tentunya institusi Golkar harus menjadi yang utama. Harapan kami, semoga pada Pemilihan Presiden dan Pemilihan Legislatif tahun 2024, Partai Golkar harus mampu memastikan eksistensinya sebagai Partai pada garis terdepan dengan perolehan nilai terbaik, baik pada Pemilihan Presiden maupun Pemilihan Legislatif.
(Jakarta, 01 Agustus 2023)
Saiful Chaniago/Waketum DPP KNPI