OPINI - Lupakan survei dan polling. Di survei dan polling, ada baliho dan sembako. Dunia amplop lebih dominan. Apalagi lembaga surveinya ikut jadi juru bicara dan merangkap pekerjaan buzzer. Meragukan akurasinya. Beda dengan debat. Isi kepala yang dinilai.
Ada lima hal yang menjadi pusat perhatian di dalam debat. Pertama, penguasaan masalah. Di bidang ini, Anies terlihat paling menguasai masalah. A-Z urusan bangsa, ia paham. Ganjar relatif. Nyambung, tapi tidak detail dan komprehensif. Lebih tepat dijuluki sebagai motivator, kata Rocky Gerung. Prabowo, belum diketahui, dia tahu apa gak berbagai persoalan yang dihadapi bangsa ini. Mungkin Prabowo lebih jago soal pertahanan. Karena latarbelakang militer. Tapi itu tema debat nanti. Kita tunggu saja.
Kedua, bagaimana masing-masing capres mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Semua capres terlihat tajam dalam memberikan pertanyaan kepada lawan. Bahkan teramat tajam. Karena pertanyaan yang diajukan menyangkut rekam jejak lawan.
Jawaban masing-masing yang berbeda. Beda kelas, beda kualitas. Anies, setiap merespon pertanyaan selalu menjawab dengan data dan berupaya untuk selalu detail. Relatif lebih utuh, komprehensif dan sistematis dari yang lain.
Baca juga:
Tony Rosyid: Demokrat Dalam Jebakan PDIP?
|
Sementara Prabowo terlihat selalu kesulitan menjawab pertanyaan dari dua capres lainnya. Jawabannya terlalu singkat, jauh dari apa yang diharapkan oleh si penanya. Bahkan terlalu banyak mengeluarkan kata-kata yang justru tidak berhubungan dengan pertanyaan. "Saya setuju gagasan Pak Ganjar... Kalau yang ini, saya setuju dengan gagasan Pak Anies". Kalimat ini beberapa kali diungkapkan oleh Prabowo. Mirip debat pilpres 2019. Kalimat "saya setuju" selalu muncul. Ini justru akan menjadi kelemahan bagi Prabowo. Banyak juga kata-kata lain yang tidak berhubungan.
Ganjar selalu menjawab pertanyaan. Rileks, dan sangat santai. Tapi terlalu normatif. Belum menunjukkan kelasnya sebagai capres.
Ketiga, soal gagasan. Anies lebih komprehensif. Gagasan Anies berbasis pada masalah yang sedang dihadapi bangsa, lalu Anies hadirkan gagasan itu untuk menjadi solusi atas masalah tersebut. Jadi terobosan baru untuk membangun bangsa kedepan. Gagasannya orisinal dan utuh. Ganjar lumayan. Hanya saja masih terlalu umum. Tidak sistematis. Lebih banyak contoh masalah dari pada gagasannya.
Keempat, aspek mental. Anies Baswedan cukup stabil emosinya. Tenang ketika diberi pertanyaan, bahkan disudutkan sekalipun. Prabowo gusar ketika mendengar kalimat yang dianggapnya menyudutkan dirinya atau mengkritik pemerintah. Terutama ketika diberi pertanyaan soal cawapresnya dan soal penculikan. Konsentrasi Prabowo seketika hilang. Prabowo masuk perangkap oleh pertanyaan dari dua lawannya. Di sisi mental, Prabowo terlanjur dipersepsi publik sebagai tokoh yang sangat emosional. Ini tentu tidak menguntungkan dalam arena debat. Sementara Ganjar sangat rilek dan terlihat menikmati panggung debat. Tidak mudah tersindir, apalagi terpancing.
Kelima, optimalisasi waktu. Anies selalu memanfaatkan waktu secara optimal. Hanya 1-2 detik sesekali tidak termanfaatkan. Prabowo seringkali tidak menggunakan waktu secara maksimal. Bebebapa kali menyisakan 5-10 detik. Bahkan juga beberapa kali melampaui waktu yang tersedia. Sedangkan Ganjar, hampir sama dengan Prabowo. Banyak menyia-nyiakan waktu yang disediakan. Hanya saja, Ganjar tidak pernah melampaui waktu yang disediakan. Ini bedanya Ganjar dengan Prabowo.
Dari lima aspek penilaian ini, kira-kira kalau dibuat skor: Anies Baswedan nilainya 9, Prabowo Subianto 4, 5 dan Ganjar Pranowo 7.
Baca juga:
Negara Sakit, Anies Hadir Membawa Perubahan
|
Kaltim, 14 Desember 2023
Tony Rosyid*
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa